Usai sikapi situasi Tanah Papua, Dewan Gereja Papua Mendapat Teror

22/03/2022   18:03:18

Dewan Gereja Papua

Para pimpinan Dewan Gereja Papua, Presiden Gereja Baptis Papua, Pdt Socratez Sofyan Yoman (paling kiri), Pdt Benny Giay (tengah), dan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Pdt Dorman Wandikbo (paling kanan) saat menyampaikan seruan Dewan Gereja Papua di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Senin (21/3/2022).

Tokoh Dewan Gereja Papua yang juga Presiden Sinode Gereja Baptis Papua, Pendeta Socratez Sofyan Yoman pada Selasa (22/3/2022 mendapat teror berupa kiriman paket yang identitas pengirimnya dipalsukan. Yoman menduga teror itu terkait dengan pernyataan yang disampaikan Dewan Gereja Papua pada Senin (21/3/2022) untuk menyikapi situasi di Tanah Papua. Saat dikonfirmasi Jubi, Socratez S Yoman membenarkan informasi soal teror yang dialaminya.

Menurutnya, pelaku teror itu memalsukan identitas pengirim paket sebagai Pendeta Benny Giay yang juga tokoh Dewan Gereja Papua. “Jadi mereka ini ingin menyebar teror kepada kami [Dewan Gereja Papua] termasuk [saya], dengan mengirim sebuah paket karton yang pengirimnya tertulis berasal dari Pendeta Benny Giay,” kata Pendeta Yoman Selasa.

Yoman menyebut paket yang tidak diketahui isinya itu diantar oleh seorang ojek motor pada Selasa siang. “Sekitar jam 11 siang lewat, paket karton itu diantar tukang ojek di halaman Gereja di Padang Bulan. Saya bertanya siapa pengirimnya, ojek motor yang mengantar mengatakan dia hanya disuruh oleh seseorang bercirikan rambut cepak, dan memakai celana training,” ujarnya.

Ia menduga paket itu sengaja dikirim pihak tidak bertanggungjawab sebagai bentuk teror. Sebab, sehari sebelumnya Dewan Gereja Papua baru saja menyampaikan seruan gembala dalam konferensi pers terkait situasi terkini Tanah Papua.

Teror terhadap Pdt Socratez S Yoman sudah beberapa kali terjadi. Ia juga pernah dibuntuti oleh oknum aparat keamanan saat ia memimpin ibadah Gereja. Berbagai aktivitasnya juga kerap dipantau aparat.

Pendeta Socratez menduga teror berupaya bingkisan karton itu merupakan upaya meredam, membungkam, atau pun menakut-nakuti dirinya sebagai hamba Tuhan maupun rakyat Papua secara umum dalam menyuarakan ketidakadilan yang selama ini terjadi di Tanah Papua. Ia sendiri tidak membuka paket itu.

“Perasaan saya tidak enak saat sempat pegang karton itu. Tapi kemudian saya tolak, dan kembalikan lagi kepada pengemudi ojek yang mengantar untuk dibawa pulang,” ujarnya.

Tidak cuma Pendeta Socratez S Yoman yang mendapat teror. Hal serupa juga dialami Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo dan Pendeta Beny Giay. Kedua tokoh gereja yang turut hadir dan berbicara dalam keterangan pers Dewan Gereja Papua pada Senin mendapat teror melalui dunia maya, berupa selebaran digital yang menjelek-jelekkan mereka.

Selebaran digital dengan dengan narasi menjelek-jelekkan para tokoh Dewan Gereja Papua itu beredar dalam berbagai grup layanan pesan WhatsApp. Salah satunya berbunyi “Urusan agama, beda dengan urusan politik (Sofyan Yoman, Benny Giay & Dorman Wandikbo) tidak ada kepentingan dalam politik praktis, urus saja kam pu umat agama tra usah ikut campur masalah politik”.

Dalam selebaran digital lainnya, tertulis “Dewan Gereja Papua hanya benalu untuk memanfaatkan Gubernur Papua. Mendapat gelar pendeta Sofyan Yoman, Benny Giay & Dorman Wandikbo bukan menjadi contoh yang baik bagi umatnya. 3 Dewan Gereja hanya manfaatkan situasi untuk mencari dukungan dana dari Lukas Enembe (Gubernur Papua)”. Adalagi selebaran digital berisi tulisan “Kembalikan dana Gereja. Sofyan Yoman, Benny Giay & Dorman Wandikbo korupsi untuk bisa hidup. Selama ini hidup berganti dari uang Gereja, Bapak Lukas Enembe juga mereka tipu untuk dapat dana tambahan”.

Ada pula selebaran digital dengan narasi “Umat kristiani di Tanah Papua disesatkan 3 dewan separatis. Sofyan Yoman, Benny Giay, Dorman Wandikbo sesatkan jemaat dengan ayat palsu untuk dapatkan uang dari Gubernur Papua”. Selebaran lainnya memuat tulisan “Stop ikut campur urusan politik praktis. Dewan gereja atau dewan politik. Bukan sibuk dengan menyebarkan agama dan kebaikan malah sebarkan kebencian dengan politik praktis serta susupi paham separatis dalam setiap khotbah. Kamu siapa kah pendeta atau separatis??? (Sofyan Yoman, Benny Giay & Dorman Wandikbo)”.

Pada Senin, Dewan Gereja Papua menyampaikan keprihatinan mereka atas berbagai problem dan gejolak yang terjadi di Bumi Cenderawasih. Dewan Gereja Papua antara lain menyampaikan apresiasi mereka atas langkah Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Dewan HAM PBB yang mengirimkan surat permintaan klarifikasi kepada pemerintah Indonesia terkait situasi HAM di Papua.

Dewan Gereja Papua juga menolak rencana pemekaran provinsi di Tanah Papua. Pembentukan provinsi baru di Tanah Papua dinilai Dewan Gereja Papua akan mempermudah eksploitasi sumber daya alam Papua dan semakin memarjinalkan Orang Asli Papua.

Menyikapi wacana dialog Papua yang dilontarkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI. Dewan Gereja Papua menilai proses menuju dialog itu harus diawali dengan penarikan tambahan pasukan TNI/Polri di Papua, serta pemulangan puluhan ribu warga sipil yang mengungsi karena konflik bersenjata di Papua.

Presiden Gereja Injili di Indonesia, Pdt Dorman Wandikbo mempertanyakan langkah Komnas HAM RI yang secara tiba-tiba melontarkan wacana dialog Papua. Wandikbo menyatakan selama ini Komnas HAM RI terlihat diam, lalu saat Pemerintah Indonesia disoroti masyarakat internasional tiba-tiba muncul wacana dialog Papua.

“Selama ini Komnas HAM di mana.? Banyak kasus yang sudah ada, yang terjadi di tanah Papua,” kata Wandikbo dalam konferensi pers Dewan Gereja Papua pada Senin. (*)

Artikel ini telah tayang di Jubi.CO.ID.


Berita Terkait