Perang dapat meningkatkan kekacauan, kemiskinan,dan sakit penyakit , “wabah” perang ini ada dimana-mana termasuk paling banyak di negara dunia ketiga. Indonesia salah satu negara dunia ketiga yg gemar berperang melawan rakyatnya sendiri, paling banyak dan terlama ada di Papua.
Perang itu telah ada sejak tahun 1961 (Sejak Trikora dikumandangkan) sampai saat ini (60 tahun lebih), bukti dari perang masih terjadi di Papua hingga terkini adalah kekacauan masih terjadi di Puncak Jaya, Intan Jaya, Nduga, dan hampir merata di beberapa daerah di pegunungan. Termasuk yg terjadi di Maybrat, Papua Barat.
Kemiskinan di Papua juga mencapai angka tertinggi di Republik ini, begitu juga penduduknya tingkat kesehatannya sangat rendah, yg paling memprihatinkan situasi ini dialami oleh pengungsi-pengungsi dibeberapa daerah konflik yg angkanya mencapai kurang lebih 60.000.
Perhatian kita kini di Perang antara Rusia VS Ukraina, Indonesia menurut wacana di beberapa media ingin tampil sebagai negara yg berperan mendukung perdamaian dunia dengan berinisiatif menjadi media “mediator” bagi perang ini, Pemerintah Indonesia ingin menunjukan kepada negara lain bahwa Indonesia sebagai pihak yg mempunyai andil untuk menciptakan perdamaian dunia.
Saat ramai perhatian dunia untuk perang Rusia VS Ukraina, ratusan prajurit TNI dari beberapa daerah di Indonesia dikirim ke perbatasan Papua dan Papua Neuw Guinea dan beberapa daerah di pegunungan, ditambah pasukan organik dan non organik maka telah ada puluhan ribu pasukan yang ada di Papua.
Jika negara ini ingin tampil menciptakan perdamaian dunia, seharusnya yg ditunjukan di daerah ini bukan mengirim puluhan ribu pasukan, tetap cukup mengirim puluhan atau ratusan dokter dan tenaga pendidikan di daerah konflik untuk menjawab problem kesehatan dan pendidikan yg tentunya berdampak bagi peningkatan pembangunan dan kesejahteraan di Papua.
Negara ini gemar dengan “sinetron” yg mematikan akal sehat, “PERANG DISINI, INGIN JADI PAHLAWAN DISANA”
Gustaf R.Kawer, SH, MSi.
Praktisi Hukum.dan Pemerhati Perdamaian