TIMIKA – Yayasan Honai Perampuan Timika mengembangkan budidaya tanaman ubijalar (petatas) dan keladi (kastela) berkualitas tinggi sebagaimana kedua jenis ubi ini merupakan makanan khas masyarakat pedalaman Papua dan masyarakat Papua umumnya.
Direktris Yayasan Honai Timika Ibu Anastasia Takage, SA.g kepada wartawan di kantornya, Rabu (13/2/2008) membenarkan rencana yayasannya mengembangkan dua tanaman yang merupakan makanan pokok masyarakat gunung ini, sebagai tanaman yang mempunyai nilai jualannya sangat tinggi.
“Kehidupan masyarakat Papua terutama masyarakat pedalaman, dengan adanya modernisasi perlahan-lahan orang mulai lupa dengan makanan khas yang merupakan warisan nenek moyang ini. Bagi Yayasan Honai melihat ini sangat menarik, sehingga kedua tanaman ini perlu ada program budidaya dengan persemaian yang baik sehingga hasilnya mempunyai kualitas yang tinggi, dan sebagai makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi pula,” kata Ibu Anastasia yang juga Ketua Dewan Kehormatan DPRD Kabupaten Mimika ini.
Sebagai anggota dewan, juga sebagai anak Papua pedalaman, Ibu Anastasia mengaku merasa terpanggil untuk mengembangkan dua jenis makanan pokok suku pedalaman ini menjadi makanan khas berkualitas tinggi dan disajikan pada semua momen acara besar atau kecil di daerah ini.
Untuk membudidayakan kedua tanaman ini, Yayasan Honai bekerjasama dengan beberapa kepala kampung yang ada di beberapa Satuan Pemukiman (SP-SP). Para kepala kampung telah memberi 3 hektare lahan, yang kemudian kelompok-kelompok ibu-ibu yang ada pada kampung tersebut mengelola lahan ini sebagai kebun percontohan.
Lahan yang diberikan kepala kampung itu untuk kebun percontohan. Kalau ibu-ibu ingin kembangkan bibit petatas dan keladi secara pribadi silahkan membuka lahan sendiri dan menghubungi pihak yayasan untuk memberikan bibit. Yang menarik dari program kebun percontohan petatas dan keladi, anggota kelompoknya semua ibu-ibu dari setiap kampung. Karena memang prioritas dari Yayasan Honai untuk pemberdayaan perampuan.
Melalui kebun percontohan ini, maka ke depan lahirlah petani-petani petatas dan keladi yang secara rutin menghasilkan petatas dan keladi dalam jumlah yang begitu banyak. Petatas dan keladi yang dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu maupun dari lahan-lahan secara pribadi itu, akan dibeli oleh Yayasan Honai yang selanjutnya akan dipasarkan keluar Timika.
Informasi yang beredar, lanjut Anastasia di Nabire akan dibangun sebuah Pabrik Tepung Tapioka. Bila rencana tersebut terealisasi dalam beberapa tahun ke depan ini, jelas mereka akan membutuhkan stok atau pasokan singkong, keladi, petatas dari mana saja dalam jumlah yang banyak.
Bila ibu-ibu yang tergabung dalam Yayasan Honai dapat menghasilkan petatas dan keladi berkualitas tinggi serta dalam jumlah yang banyak berarti bisa masuk ke pasaran Nabire. Tapi langkah awal ini, lanjut Anastasia, Yayasan Honai bersama kelompok ibu-ibu memulai dulu, dengan kebun percontohan sebagai contoh kepada warga kampung yang ada di beberapa SP sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Petatas dan Keladi tidak hanya makanan khas orang Papua tapi juga makanan yang mempunyai nilai gizi, protein, dan mineral yang tinggi. Hadmarus Waka, Timika, Papua
Source: Okezone