Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (Elsham) Papua mendesak Presiden dan Panglima TNI, untuk segera mengungkap tuntas kasus penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani dan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya.
Demikian disampaikan Direktur Elsham Papua, Pendeta Matheus Adadikam, STh melalui siaran pers pada Rabu (23/09/2020).
Dikatakan, menanggapi informasi terkini yang diberitakan oleh berbagai media mainstream maupun media sosial terkait penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, STh di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, tanggal 19 September 2020, Elsham Papua telah melakukan monitoring melalui tim monitoring dan investigasi Elsham Papua di wilayah Meepago.
Berdasarkan hasil monitoring tersebut, kami mendapatkan kronologi peristiwa penembakan tersebut dari keluarga korban.
Berikut adalah kronologi peristiwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani berdasarkan kesaksian keluarga korban.
Menurut keluarga korban, pada hari Sabtu 19 September 2020 jam 16.00 Waktu Papua (WP), Almarhum Pendeta Yeremia Zanambani pergi ke kampung Bomba tempat piaraan babi (kandang babi) untuk memberi makan ternak.
Setelah memberi makan istrinya mengajak Almarhum Pendeta Yeremia Zanambani untuk pulang kerumah.
Namun, Almarhum Pendeta Yeremia Zanambani mengatakan masih menunggu babi selesai makan dulu dan menyuruh istrinya pulang duluan. Sepanjang malam keluarga tidak bisa tidur dan gelisa karena Almarhum Pendeta Yeremia Zanambani belum pulang dari kandang babi di Bomba.
Pada jam 07.30 WP keluarga menyusul pergi ke kandang babi karena Almarhum Pendeta Yeremia Zanambani belum juga pulang. Keluarga menemukan korban dalam keadaan tidak bernyawa dengan berlumuran darah.
“Kami menyampaikan rasa empati dan turut berduka cita kepada keluarga atas meninggalnya Pendeta Yeremia Zambani dan kepada korban sebelumnya Sahlan, Badawi dan Pratu Dwi Akbar. Dan Elsham mengecam dengan keras tindakan penganiyaan dan penghilangan nyawa orang,” ujar Adadikam.
Elsham menduga bahwa peristiwa ini telah terjadi, karena adanya operasi militer di wilayah kabupaten Intan Jaya, dan telah menimbulkan kecemasan serta rasa tidak aman bagi warga sipil.
Elsham Papua juga merasa khawatir terkait dengan semakin tingginya jumlah pasukan TNI yang dikirim ke beberapa wilayah Papua dan Papua Barat tanpa adanya kejelasan terkait tujuan dan maksud dari pengiriman pasukan tersebut. Oleh karena itu Elsham Papua meminta.
Pertama, Meminta Presiden dan Panglima TNI untuk segera menghentikan operasi militer di wilayah Papua dan Papua Barat sampai penanganan kasus penembakan terhadap pendeta Yeremia Zanambani dan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya diungkap tuntas.
Kedua, Meminta Komnas HAM untuk melakukan investigasi terkait penanganan kasus penembakan dan pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani dan kasus -kasus penembakan yang telah terjadi sebelumnya.
Ketiga, Meminta kepada pihak TNI, Polri, dan TPN OPM untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan yang akan mengakibatkan korban pada masyarakat sipil.
Keempat, Meminta pihak Polda Papua dan jajarannya untuk segera mengusut tuntas pelaku penembakan Pendeta Yeremia Zanambani dan korban- korban sebelumnya serta mengambil tindakan hukum yang diperlukan demi memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban.
Kelima, Meminta pihak Polda Papua dan jajarannya, untuk segera memberikan informasi di media mengenai pelaku penembakan tersebut agar tidak terjadi simpang-siur berita.
Keenam, Meminta Gubernur Papua, DPR Papua, MRP dan para Bupati untuk segera memberi perlindungan dan rasa nyaman kepada masyarakat di Papua. *